LAPORAN OBSERVASI MUSEUM WAYANG
“WAYANG GOLEK HANOMAN”
Mata Kuliah : Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu :
Dinar Imelda Kartika,
S.S, M.Pd
Disusun Oleh :
Ratih Monica Sitorus
15.161.500.04
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
2017
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Berkat dan KaruniaNya
sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
laporan
observasi tentang “WAYANG GOLEK HANOMAN”.
Saya
mengucapkan terima kasih kepada Dosen
Pembimbing yang telah membantu, membimbing, dan memberi petunjuk, sehingga
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Saya
juga berterima kasih kepada teman-teman
Mahasiswa/i UKI khususnya Mahasiswa/i
FKIP-KIMIA angkatan 2015 yang telah memberikan masukan positif mengenai tugas
tersebut.
Tak
ada gading yang tak retak. Saya menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah
ini, karena pengetahuan yang saya miliki saat ini, masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, saya berharap kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan dan kritik yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Jakarta,
23 Maret 2017
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................... i
DAFTAR
ISI.................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah.............................................................................. 1
B.
Rumusan Masalah........................................................................................ 3
C.
Tujuan Penulisan.......................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
A.
Sejarah Museum Wayang........................................................................... 5
B.
Fungsi Museum Wayang............................................................................. 6
C.
Situasi Ruangan Museum Wayang........................................................... 6
D.
Pengertian
dari Wayang
Golek................................................................... 8
E.
Cerita dalam Wayang Golek........................................................................ 9
F.
Jenis-jenis
Wayang Golek.......................................................................... 9
G.
Kisah Kelahiran Hanoman ....................................................................... 16
H.
Karakter Wayang Golek Hanoman.......................................................... 17
I.
Wayang
Golek sebagai Sastra Lisan....................................................... 18
J.
Pendidikan Nilai pada Pagelaran Wayang Golek................................. 19
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan.................................................................................................. 20
B.
Saran............................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................... 21
LAMPIRAN .................................................................................................................. 22
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara yang sangat kaya dengan aneka
ragam kebudayaan dan tradisi. Potensi merupakan model sebagai sebuah bangsa
yang besar. Kesenian wayang merupakan salah satu dari sekian banyak kesenian
produk asli bangsa Indonesia. Kesenian wayang mempunyai nilai lebih
dibandingkan seni lainnya. Kesenian wayang, merupakan kesenian komprehensif
yang dalam pertunjukannya memadukan beberapa unsur kesenian, diantaranya seni
karawitan, seni rupa (tatah sungging), seni pentas (pedalangan) dan seni tari
(wayang orang). Disamping fungsinya sebagai hiburan dan pendidikan, kesenian
wayang juga memiliki fungsi estetika dan sarat dengan kandungan nilai yang
bersifat sakral.
Setiap alur cerita, falsafah dan perwatan tokohnya,
sampai bentuk wayangnya mengandung makna yang sangat dalam. Kesenian wayang
telah masuk dalam pergaulan masyarakat dunia. Wayang ditetapkan sebagai warisan
pusaka budaya dunia pada 7 Nopember 2003 oleh Organisasi Pendidikan, Ilmu
Pengetahuan dan Kebudayaan PBB (UNESCO) yang telah mengakui wayang sebagai World Masterpiece of Oral Imangible Heritage
of Humanity. Derasnya arus globalisasi yang mempengaruhi segala bidang
kehidupan terus menggeser nilai-nilai kebudayaan dan kesenian tradisional.
Sementara di satu sisi pembinaan konkrit untuk membangkitkan kesadaran dan
pemahaman tentang wawasan nilai-nilai budaya umumnya dan kesenian tradisional
khususnya terasa sangat kurang terhadap masyarakat, terutama terhadap generasi
muda. Dunia wayang menjadi semakin asing di kalangan masyarakat desa maupun
kota, terutama masyarakat generasi muda. Sehingga tidak aneh apabila anak-anak
muda di kota-kota besar lebih mengenal tokoh-tokoh Superman, Batman dan Sinchan
daripada Arjuna, Bima dan Gatot kaca.
Salah satu langkah dalam upaya menyelamatkan kekayaan
kesenian tradisional adalah dengan penggalian melalui museum. Museum memiliki
berbagai macam fungsi. Selain sebagai pusat dokumentasi, museum juga berperan
sebagai tempat edukasi dan rekreasi. Warisan sejarah bangsa, dalam hal kesenian
wayang perlu dipelihara dan diselamatkan demi terwujudnya nilai-nilai budaya
nasional yang dapat memperkuat kepribadian bangsa, mempertebal harga diri dan
kebanggaan nasional serta memperkokoh jiwa kesatuan nasional. Museum merupakan
salah satu wadah yang tepat untuk memelihara dan menyelamatkan sejarah budaya.
Melalui museum diharapkan masyarakat dapa mengenal kembali sejarah alam,
sejarah ilmu pengetahuan dan sejarah kebudayaan masa lalu dengan mempelajari
koleksi-koleksinya.
Museum mempunyai peranan sebagai pusat dokumentasi dan
penelitian ilmiah, sebagai media pendidikan, pembinaan, penerangan dan hiburan,
sebagi pusat pengenalan kebudayaan antar daerah dan antar bangsa, sebagai
cermin sejarah, alam dan kebudayaan, sebagai pusat peningkatan apresiasi
budaya, serta sebagai obyek wisata.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
uraian diatas maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana sejarah
dari
museum wayang ?
2. Apa saja fungsi
dari
museum wayang ?
3. Bagaimana situasi ruangan museum wayang ?
4. Apa pengertian dari wayang golek
?
5. Bagaimana cerita
dalam wayang golek ?
6. Apa saja jenis-jenis wayang golek ?
7. Bagaimana kisah kelahiran hanoman ?
8. Bagaimana
karakter wayang golek Hanoman ?
9. Bagaimana wayang
golek sebagai sastra lisan ?
10.
Bagaimana pendidikan nilai pada pagelaran wayang
golek ?
C.
Tujuan
penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas
maka tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui sejarah
dari
museum wayang
2. Mengetahui fungsi
dari
museum wayang
3. Mengetahui bagaimana
situasi ruangan museum wayang
4. Mengetahui pengertian dari wayang golek
5. Mengetahui cerita
dalam wayang golek
6. Mengetahui apa
saja jenis-jenis wayang golek
7. Mengetahui
Bagaimana kisah kelahiran hanoman
8. Mengetahui
bagaimana karakter wayang golek Hanoman
9. Mengetahui
bagaimana wayang golek sebagai sastra lisan
10. Mengetahui pendidikan nilai pada pagelaran wayang
golek
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah
Museum Wayang
Museum Wayang adalah salah satu museum yang ada
dikawasan kota tua, tepatnya di Jl. Pintu Besar Utara No. 27, Jakarta Barat.
Gedung ini pada awalnya merupakan bangunan gereja yang didirikan oleh VOC pada
tahun 1640 dengan nama “de Oude
Holandsche Kerk”. Pada tahun 1732 gedung ini diperbaiki dan diganti namanya
menjadi “de Nieuw Holandsche Kerk”.
Bangunan ini juga pernah hancur akibat gempa bumi.
Lembaga yang menangani pengetahuan dan kebudayaan
Indonesia membeli bangunan ini dan diserahkan kepada “Stichting Oud Batavia” dan tanggal 22 Desember 1939 dijadikan
museum dengan nama “Oude Bataviasche Museum”. Tahun 1957 diserahkan kepada
Lembaga Kebudayaan Indonesia.
Tanggal 17 Desember 1962, museum ini diberikan kepada
Departemen P dan K. Kemudian diserahkan kepada Pemerintah DKI tanggal 23 Juni
1968 untuk kemudian dijadikan Museum Wayang. Dan tanggal 13 Agustus 1975
diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta H. Ali Sadikin. Sejak 16 September 2003
mendapat perluasan bangunan hibah dari Baoak Probosutedjo.
Di dalam museum ini terdapat banyak sekali jenis-jenis
wayang yang terbuat dari kayu dan kulit ataupun bahan lainnya. Wayang-wayang
dari luar negeri pun ada di dalam Museum Wayang, seperti dari Republik Rakyat
Tiongkok dan Kamboja. Koleksinya lebih dari 6.000 buah wayang terdiri dari
berbagai jenis wayang, seperti wayang kulit, wayang golek, wayang kardus,
wayang rumput, wayang janur, serta wayang beber. Wayang tersebut berasal dari sejumlah daerah di tanah air seperti, Sunda, Jawa, Bali,
Lombok dan Sumatera. Ada juga topeng, boneka, dan gamelan. Umumnya
boneka yang dikoleksi di museum ini adalah boneka-boneka yang berasal dari
Eropa meskipun ada juga yang berasal dari beberapa negara non-Eropa seperti
Thailand, Suriname, Tiongkok, Vietnam, India dan Kolombia.
B.
Fungsi
Museum Wayang
1. Bentuk
pengumpulan data dan warisan budaya
2. Untuk dokumentasi
dan penelitian ilmiah
3. Untuk konservasi
dan preservasi
4. Penyebaran
dan pemerataan ilmu untuk mayarakat
5. Untuk visualisasi
warisan alam dan budaya
C. Situasi Ruangan Museum
Wayang
Ketika pertama kali memasuki museum, terdapat 2 boneka
wayang yang sangat tinggi dan besar bernama Gatot Kaca dan
Pergiwa yang terdapat di belakang loket kemudian terdapat
sebuah lorong yang di sisi kanan dan kirinya terdapat wayang-wayang yang
berasal dari belahan Indonesia. Ada yang diletakkan di dalam lemari kaca dan
ada juga yang tidak dilindungi lemari kaca.
Di dalamnya
terdapat taman kecil dengan prasasti-prasasti berjumlah 9 buah.
Prasasti-prasasti tersebut menampilkan nama-nama pejabat Belanda yang pernah
dimakamkan di halaman gereja. Diantara prasasti tersebut tertulis nama Jan
Pieterszoon Coen, seorang Gubernur Jendral yang berhasil menguasai kota
Jayakarta pada tanggal 30 Mei 1619, setelah kekuasaan Prabu Jayakarta lumpuh akibat pertentangan dengan Kraton
Banten.
Setelah melewati taman historis Museum Wayang,
terdapat suatu ruangan yang berisikan beberapa wayang yang sangat unik. Salah
satunya adalah sebuah wayang yang digunakan dalam pemakaman untuk diletakkan
bersama jasad pria yang belum menikah. Wayang tersebut terletak di pojokan
ruangan dan terlihat agak mengerikan dan raut mukanya sedih. Namun selain itu
juga terdapat wayang yang mengingatkan dengan masa kecil tetapi lebih tepat
disebut boneka yaitu si Unyil dan ada ondel-ondel yang berukuran besar.
Museum wayang memiliki 2 lantai dan tangga menuju
lantai kedua terdapat diujung ruangan lantai 1. Saat menaiki lantai ke dua,
terlihat beberapa susunan wayang yang dimasukkan ke dalam kaca tipis dan
terlihat sangat menarik. Beberapa jenis koleksi museum ini seperti wayang
kulit (Banyumas, Bali, Banjar, Betawi, Calon Arang, Cirebon,Gedog, Kancil,
Kaper, Kedu, Kidang Kencana, Kyai Intan, Madya, Mojokerto,
Purwa Ngabean, Revolusi, Sadar, Sasak, Suluh, Sumatera, Tejokusuman, Ukur, dan
Wahyu). Wayang Golek (Bogor, Bandung, Ciawi, Lenong Betawi, Menak Cirebon,
Mini Bandung, Pakuan)
Selain itu terdapat juga boneka-boneka dari luar
negeri yang beberapa diantaranya terlihat agak menyeramkan namun ada juga yang
terlihat seperti manusia. Lalu di lantai bawah terdapat sebuah toko souvenir
yang menjual beberapa barang yang berhubungan dengan wayang dengan harga yang terjangkau. Museum ini juga dilengkapi oleh sarana pendukung, Misalnya alat musik pengiring gamelan, panggung yang bisa digunakan untuk
pertunjukan, alat penerang untuk pagelaran wayang kulit dan
sebagainnya. Keadaan di dalam museum sangat nyaman, dan membuat
pengunjung ingin terus melihat-lihat koleksi disana.
D.
Pengertian Wayang Golek
Wayang golek adalah seni wayang dengan menggunakan boneka
terbuat dari kayu hampir
menyerupai muka dan tubuh sosok manusia. Pada
pertunjukan wayang golek,
terdiri dari dalang yang memainkan boneka atau golek berdasarkan cerita, golek atau boneka yang berjumlah ratusan, serta nayaga yaitu
grup
atau orang yang
memainkan gamelan. Pertunjukan wayang golek biasa dilakukan pada saat-saat
tertentu, misalnya pada waktu acara pernikahan, khitanan, ataupun
perayaan kemerdekaan.
Waktu
pertunjukannya bisa beberapa jam
saja atau
semalam suntuk.
E.
Cerita dalam Wayang Golek
Sebagaimana alur
cerita pewayangan
umumnya. Alur cerita dapat
diambil dari cerita rakyat seperti penyebaran agama Islam oleh
Walangsungsang
dan Rara Santang
dan cerita
yang bersumber dari
cerita Ramayana
maupun Mahabarata. Cerita wayang golek banyak mengadopsi
pada tokoh-tokoh cerita Mahabarata
dari India. Hal itu terlihat jelas dari nama-nama
tokoh wayang seperti Krisna, Bima, Arjuna dan lain-lain juga nama-nama kerajaan tempat kejadian yang selalu menjadi cerita menarik dari masa ke masa seperti Negeri Hastina
Pura, dan tempat peperangan yang
terkenal dengan nama Kuruseta. Namun demikian, cerita wayang golek banyak disesuaikan dengan cerita-cerita yang
berkembang di masyarakat sebuah cerita dari dunia pewayangan yang bertemakan tentang konflik kehidupan yang terjadi pada jaman dahulu yang kadang dikaitkan dengan jaman kini.
F.
Jenis-jenis Wayang Golek
1. Anoman (Hanoman)
Anoman Perbancana Suta, atau Hanoman, kera berbulu
putih putra Batara Guru dari dewi Anjani. Ia pernah menjabat sebagai senapati
kerajaan Mahespati, mengabdi kepada Batara Rama dalam kisah Ramayana. Ia juga
memiliki umur yang sangat panjang, karena mempunyai tugas menyimpan sukma
Rahwana di dalam cupunya. Itu menurut Pustaka Rajah Purwa Ramayana, yang
berbeda dengan versi Ramayana dari India . Anoman memiliki beberapa ajian :
a. Aji
Pancasona, kekuatan menerima bacokan musuh.
b. Bayu Bajra,
pukulan dengan tenaga ratusan kali sehingga bisa menjepit gunung sonara-sonara
untuk menjepit tubuh dasamuka.
c. Pancanaka,
kuku ibu jarinya yang bisa digunakan sebagai senjata pembunuh yang hebat. Bayu
Rota, kekuatan atau kecepatan secepat angin.
d. Sirna Bobot,
aji untuk meringankan tubuh saat terbang atau pun loncat.
2.
Arjuna
Arjuna adalah putra Pandu yang ketiga dari ibu Dewi
Kunti. Disebut juga panengah Pandawa. Tinggal di Madukara, bagian dari kerajaan
Amarta. Berparas tampan, banyak disukai wanita. Memiliki senjata pusaka keris
Pancaroba, Ali-ali Ampal dan panah Pasopati. Arjuna sangat taat kepada gurunya,
yaitu Resi Drona dari kerajaan Astina. Memiliki putra salah satunya adalah
Abimanyu.
3.
Aswatama
Aswatama adalah putra Resi Drona (guru Pandawa dan Kurawa). Putra
satu-satunya, menjadikan Aswatama sangat disayang oleh ayahnya.
4.
Bambang Kaca
Bambang Kaca adalah putra Gatotkaca. Setelah masa
Bratayuda, Astina kembali dikuasai pihak Pandawa. Parikesit, cucu Arjuna,
menjadi raja saat itu. Sedangkan Bambang Kaca menjadi benteng pertahanan negara
Astina. Mengenakan pakaian Kre Antakusuma (milik ayahnya). Suaranya pun mirip
sekali dengan ayahnya.
5.
Bambang Sumantri
Bambang Sumantri adalah keponakan Rama Bergawa. Dia
mempunyai adik bernama Sokrasana yang buruk rupa. Dia pernah dihukum oleh
Arjuna Sasrabahu karena ingin menikahi calon istri Arjuna Sasrabahu, yaitu
diperintah untuk memindahkan Taman Sriwedari ke alun-alun kota. Berkat bantuan
adiknya taman itu bisa dipindahkan. Namun karena malu punyak adik buruk rupa
akhirnya secara tidak sengaja Sokrasana terbunuh oleh kakaknya sendiri.
Sumantri mati oleh Sokrasana yang menjelma menjadi buaya ketika Sumantri
berkelahi dengan Rahwana.
6.
Batara Bayu
Bayu berarti angin. Batara Bayu adalah Dewa yang
menguasai angin. Dia tinggal di Kahyangan Pangwalung. Ayahnya bernama Batara
Guru. Ibunya bernama Dewi Uma. Istrinya bernama Dewi Sumi. Nama lain dari
Batara Bayu adalah Batara Pawana Guru, Batara Prabancana, Batara Maruta. Batara
Bayu memiliki beberapa ajian. Salah satunya adalah Aji Bayubajra. Yakni bisa
mengeluarkan angin puting beliung untuk menyerang lawannya. Dia memiliki
beberapa murid. Anoman (monyet putih) dan Bima (Pandawa yang ke-2). Mereka
memiliki Kuku Pancanaka, yakni senjata pada kuku ibu jarinya. Coba perhatikan
pada kuku jempolnya (Batara bayu, Anoman, Bima).
7.
Batara Guru
Batara Guru adalah putra Sanghyang Tunggal. Merajai 3
alam. Alam Marcapada, alam Madyapada, dan alam Mayapada.
8.
Batara Kresna
Batara Kresna adalah raja kerajaan Dwarawati dan
merupakan titisan Dewa Wisnu, ditugaskan untuk menyelesaikan segala macam
permasalahan yang terjadi di muka bumi. Mempunyai senjata Gambar Lopian yang
bisa melihat keadaan di seluruh belahan penjuru dunia.
9.
Batara Rama
Batara Rama atau Sri Rama atau Ramawijaya adalah raja
dari kerajaan Ayodya. Putra prabu Dasarata. Beristerikan Dewi Shinta, setelah
memenangkan sayembara menarik Busur Pusaka Kerajaan Mantili. Semasa muda
bernama Raden Regawa. Mendapat nama Rama setelah berhasil mengalahkan Rama
Bergawa.
10. Bima
Bima adalah putra Pandu yang kedua dari ibu Dewi
Kunti. Menikah dengan Arimbi. Bima adalah ayahanda Gatotkaca. Memiliki kuku
pancanaka. Ada seekor ular di lehernya. Jika Bima berbohong maka ular tersebut
akan menggigit lehernya. Sehingga Bima dikenal dengan karakter yang tidak
pernah berbohong.
11. Cepot
Sastrajingga alias Cepot adalah anak pertama dari tiga
bersaudara dari pasangan Semar Badranaya dan Sutiragen (sebetulnya Cepot lahir
dari saung). Wataknya humoris, suka banyol ngabodor, tak peduli kepada siapa
pun baik ksatria, raja maupun para dewa. Kendati begitu lewat humornya dia
tetap memberi nasehat petuah dan kritik.
12. Dewi Drupadi
Dewi Drupadi adalah istri Prabu Yudistira atau
Darmakusuma, raja Amarta. Memiliki satu putra bernama Pancawala. Pada masa
Pandawa dihukum selama 12 tahun ditambah satu tahun oleh kurawa diperintahkan
untuk menyamar, Dewi Drupadi menyamar menjadi pelayan di kerajaan Wirata
bernama Malini. Patih kerajaan Wirata bernama Kicaka menyukai Malini / Dewi
Drupadi dan ingin dijadikan istrinya. Tapi Malini mengaku sudah punya suami
dari bangsa jin dan meminta Kicaka untuk membunuh jin itu. Kicaka menyanggupi.
Durpadi minta tolong kepada Bima untuk membereskan masalahnya. Kicaka mati di
tangan Bima yang mengaku suami Malini dari bangsa jin. Dewi Drupadi dikisahkan
dalam cerita "Pandawa Tutas Nyamur".
13. Gareng
Gareng adalah anak ketiga dari tiga bersaudara dari
pasangan Semar Badranaya dan Sutiragen. Gareng biasanya selalu di rumah saja
membantu ibu Sutiragen melakukan berbagai pejkerjaan rumah.
14. Gatot Kaca
Gatot kaca, salah seorang tokoh dari epos Mahabharata.
Putra Arya Bima dan Arimbi. Bima memberi nama anaknya itu Jabang Tutuka.
Gatotkaca sakti mandraguna dengan segala ilmu dan aji-aji pamungkasnya seperti
Brajamusti, Krincing Wesi, Bajingiring, Garuda Ngapak dan sebagainya. Dia
dipercaya menjadi panglima perang negara Pringgadani. Dikenal dengan julukan
otot kawat, tulang baja, daging besi. Lebih dari itu dia pun memiliki jiwa seni
yang tinggi. Dikenal pula sebagai pembuat arca, patung-patung dari batu.
Gatot kaca sendiri memiliki banyak nama pemberian
dewa. Namun yang dipakai adalah nama Gatotkaca, nama pemberian dari Batara Guru
saat di sawarga maniloka. Saat umur 3 tahun, Jabang Tutuka diutus Batara Guru
untuk melawan Naga Percona. Tapi sayang, Tutuka mati di tangan Naga Percona
setelah ia menendang mata Naga Percona hingga buta sebelah matanya. Untuk itu
Batara Guru memerintahkan Batara Narada dan Batara Bayu untuk memasukan jasad
Tutuka ke kawah Candradimuka. Tutuka dicetak ulang berganti wujud menjadi
Gatotkaca.
15. Nakula
Nakula adalah putra Pandu yang keempat. Disebut juga
Pandawa yang ke-empat. Memiliki saudara kembar yaitu Sadewa.
16. Sadewa
Sadewa adalah putra Pandu yang kelima. Disebut juga
Pandawa yang kelima. Memiliki saudara kembar yaitu Nakula.
17. Yudhistira
Yudistira adalah putra Pandu yang pertama dari ibu
Dewi Kunti. Ia adalah raja Amarta. Dialah yang memegang pusaka sakti Layang
Jamus Kalimusada.
18. Semar Badranaya
Semar Badranaya adalah penjelmaan dewa, yakni Batara
Ismaya. Istrinya bernama Sutiragen putra Raja dari kerajaan Sekarnumbe. Anaknya
bernama Cepot, Dewala dan Gareng. Di Sawarga Maniloka dia mempunyai anak yaitu
Batara Surya (dewa matahari). Ia adalah tokoh wayang yang paling sakti dari
semua tokoh wayang. Semar berkulit hitam, (seperti buah
manggis / manggu yang telah hitam berarti telah matang) melambangkan telah
dewasa atau matang baik dalam mental dan pemikiran. Berwajah putih. Wajah
adalah cerminan dari hati. Semar berhati putih, suci, bersih. Berkantong
kosong. Semar kosong atau bersih dari sifat sirik pidik jail kaniaya iren
panastren dudumpak rurumpak ngupat sumuat ujug riya takabur nyaci maki siksik
belik teu kaopan teu payaan bedegong buntangul buraong kedul dan lain
sebagainya. Intinya kosong dari sifat-sifat buruk manusia.
G.
Kisah Kelahiran Hanoman
Ketika suatu saat Batara Guru sedang terbang melalang
di atas Telaga Nirmala, ia menyaksikan seorang wanita muda sedang melakukan
tapa kungkum. Melihat tubuh wanita muda itu, Dewi Anjani namanya, Batara Guru
tidak dapat menahan birahinya dan jatuhlah kama benihnya, menimpa sehelai daun
asam muda yang mengapung di permukaan telaga. Daun asam muda yang oleh orang
Jawa disebut sinom itu hanyut terbawa arus dan akhirnya tertelan oleh Dewi
Anjani. Seketika itu juga Dewi Anjani hamil. Karena merasa tidak pernah disentuh
pria, segera Anjani menuntut Batara Guru untuk bertanggung jawab atas
kehamilannya. Ia mengakui bayi yang berada dalam kandungan Anjani sebagai
anaknya, dan memerintahkan para bidadari menolong kelahirannya. Bayi itu kemudian
diberi nama Anoman.
Kelahiran Anoman ditandai dengan gara-gara yang melanda dunia. Gunung-gunung meletus, badai dan air bah terjadi di mana-mana. Para dewa segera mengutus beberapa bidadari untuk menolong persalinan Dewi Anjani. Sesudah Anoman lahir, para bidadari membawa Dewi Anjani dan bayinya ke kahyangan. Atas perkenan para dewa, sesudah melahirkan anaknya wanita berwajah kera itu berubah ujud menjadi wanita cantik kembali. Selama sisa hidupnya ia pun diperkenankan hidup di kahyangan sebagai bidadari. Batara Guru memberi nama Anoman kepada bayi kera berbulu putih bersih Anoman dan memerintahkan kepada Batara Bayu untuk mengasuhnya. Itulah sebabnya, Anoman juga bernama Bayusuta atau Bayutanaya, Maruti atau Marutaseta. (Selain Anoman, sebutan Bayusuta atau Bayutanaya juga dipakai untuk menyebut Bima. Jadi menurut pewayangan, terutama di Pulau Jawa, Anoman adalah anak Batara Guru yang diasuh oleh Batara Bayu.
Kelahiran Anoman ditandai dengan gara-gara yang melanda dunia. Gunung-gunung meletus, badai dan air bah terjadi di mana-mana. Para dewa segera mengutus beberapa bidadari untuk menolong persalinan Dewi Anjani. Sesudah Anoman lahir, para bidadari membawa Dewi Anjani dan bayinya ke kahyangan. Atas perkenan para dewa, sesudah melahirkan anaknya wanita berwajah kera itu berubah ujud menjadi wanita cantik kembali. Selama sisa hidupnya ia pun diperkenankan hidup di kahyangan sebagai bidadari. Batara Guru memberi nama Anoman kepada bayi kera berbulu putih bersih Anoman dan memerintahkan kepada Batara Bayu untuk mengasuhnya. Itulah sebabnya, Anoman juga bernama Bayusuta atau Bayutanaya, Maruti atau Marutaseta. (Selain Anoman, sebutan Bayusuta atau Bayutanaya juga dipakai untuk menyebut Bima. Jadi menurut pewayangan, terutama di Pulau Jawa, Anoman adalah anak Batara Guru yang diasuh oleh Batara Bayu.
H.
Karakter Wayang Golek Hanoman
Hanoman Perbancana Suta. Menjadi
senapati (panglima tentara) di Kerajaan Kiskenda. Pada saat perang Alengka, Hanoman
membantu Batara Rama melawan Rahwana dan bala tentaranya. Hanoman pula yang
membinasakan Rahwana dengan menjepit tubuh Rahwana dengan dua gunung kembar
Sonara-Sonari. Memiliki beberapa ajian: Aji Bayubajra (mengeluarkan angin puyuh
sebesar-besarnya), Aji Mundri, Aji Kemayan, Aji Pameling, Aji Sepiangin (lompat
tinggi bahkan terbang), Aji Triwikrama (tubuh menjadi besar), Bayu Rota
(kekuatan atau kecepatan secepat angin), Sirna Bobot (aji untuk meringankan
tubuh saat terbang atau pun loncat). Sejak kecil dibawa oleh Batara Bayu ke
Panglawung untuk dididik ilmu pengetahuan dan perang yang dibantu oleh
dewa-dewa lainnya.
I.
Wayang
Golek Sebagai Sastra Lisan
Wayang golek merupakan sastra lisan, karena naratornya (dalang), menyusun ceriteranya sendiri dalam pertunjukkan cerita-cerita yang disebut
sempalan (bagian dari cerita sumber) dan terutama dalam cerita-cerita carangan
(karya dalang sendiri
yang tentu saja
berlandaskan cerita sumber) Sebenarnya, banyak cerita yang menjadi sumber
cerita wayang ( seperti cerita panji, cerita tentang asal usul seuatu daerah, dan lain-lain),
namun yang paling
popular adalah Mahabharata.
Biasanya
para penonton
telah mengenal cerita
sumbernya, sehingga mereka tidak akan begitu canggung apabila
sebahagian dari cerita sumber
hilang. Demikianlah, apabila kadang-kadang alur cerita
tidak begitu utuh susunannya, hal itu tidak menjadi masalah
bagi para penonton, karena sebagai tradisi lisan,
ceritanya telah
dikenal
oleh
penonton.
Dalam pertunjukkan wayang golek, meskipun
ceritanya dapat juga betul-betul
mengharukan, namun penonton tidak terlalu lama terbawa
arus kesedihan, karena
sebenarnya penonton telah mengenal ceritanya. Mereka
datang untuk melihat pertunjukkannya,
terutama untuk menyaksikan gerakan-gerakan wayang,
beberapa
adegan yang mengandung kritik terhadap pemerintah atau masyarakat, juga terhadap kondisi
sosial yang
dirasakan sendiri oleh penonton.
Selain itu, mereka datang untuk melihat adegan-adegan lucu yang
biasanya dipersiapkan untuk malam hari (pertunjukan
wayang berlangsung semalam suntuk) agar penonton tidak
mengantuk.
J.
Pendidikan Nilai pada Pagelaran Wayang Golek
Dalam
pagelaran
wayang
cerita-cerita wayang banyak mengandung
masalah budi pekerti yang
sangat bermanfaat serta dapat mendewasakan masyarakat melalui konsepsi-konsepsi yang
mudah dihayati dan diserap dalam
mengatasi berbagai masalah kehidupan mulai dari hakekat hidup,
tujuan hidup sampai kedudukan manusia di alam semesta ini. Dalam pagelaran wayang ini sering
dijadikan
sandaran
atau pedoman sikap dan
tingkah laku dalam kehidupan
sehari-hari.
Selain ajaran moral yang bernilai
tinggi, manfaat lain menonton pagelaran wayag adalah mendapatkan informasi tentang pesan-pesan pemerintah
yang disampaikan sang dalang, seperti KB, pembangunan desa, koperasi dan reformasi. Dalang sebagai komunikator dapat menyampaikan pesan pemerintah
kepada masyarakat dan penonton.
Selain itu, sang dalang dapat menyampaikan
kritik dan saran rakyat kepada pemerintah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Museum tidak
hanya sekedar tempat wisata, namun museum juga dapat dijadikan tempat belajar
dan mendapatkan ilmu pengetahuan atau untuk tempat pameran dari isi museum
tersebut. Nilai yang
ada pada wayang seperti mendidik terutama
nilai moral dapat menjadikan mayarakat untuk hidup kearah yang
lebih baik, menjadi pribadi yang lebih baik lagi serta
dapat dijadikan
sebagai pedoman
dalam kehidupan sehari-hari.
B. Saran
Hendaknya
kita dapat mempelajari dan
melestarikan kebudayaan Indonesia
yaitu wayang serta dapat mempraktikan
dan
memperkenalkan wayang kepada generasi penerus bangsa agar
kebudayaan
wayang
tidak akan pernah punah.
DAFTAR PUSTAKA
Bastomi, Suwaji.
1995. Gemar Wayang. Semarang: Dahara Prize
Herbert,
Mimi cs. 2002. The Wayang GolekTheater
of
Indonesia. The
Lontar Foundation. Honolulu: Univ. of Hawaii Press
K,
RM Ismunandar. 1994. Wayang Asal Usul dan Jenisnya. Semarang: Dahara Prize.
LAMPIRAN
Wayang Golek Hanoman
|
|
|
Wayang Golek Gatot Kaca
|
|
|
Tampak Depan Museum Wayang |
||
Daftar Silsilah Wayang Purwa |
||
Wayang golek Canton China
di buat pada tahun 2001 Tizar Purbaya. Umurnya di perkiraan lebih dari 350
tahun milik keluarga Lie Sea dari Semarang Jawa Tengah, berasal dari Canton,
China.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar