Selasa, 21 Maret 2017

DIKSI ATAU PILIHAN KATA

DIKSI ATAU PILIHAN KATA
Tugas Kelompok 3
Mata Kuliah : Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu :
Dinar Imelda Kartika, S.S, M.Pd


Description: UKI_Jakarta.png


Disusun Oleh :
Jeane Angelica Regiana
15.161.500.02
Ratih Monica Sitorus
15.161.500.04


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
2017


KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Berkat dan KaruniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan  makalah tentang “Diksi Atau Pilihan Kata”
Kami  mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing yang telah membantu, membimbing, dan memberi petunjuk, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Kami  juga berterima kasih kepada teman-teman Mahasiswa/i UKI  khususnya Mahasiswa/i FKIP-KIMIA angkatan 2015 yang telah memberikan masukan positif mengenai tugas tersebut.
Tak ada gading yang tak retak. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini, karena pengetahuan yang kami miliki saat ini, masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami berharap kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan dan kritik yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Jakarta, 16 Maret 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang Masalah.............................................................................. 1
B.   Rumusan Masalah........................................................................................ 2
C.   Tujuan Penulisan.......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A.   Pengertian Diksi............................................................................................ 3
B.   Kata Umum dan Kata Khusus.................................................................... 9
C.   Homonim...................................................................................................... 12
D.   Kata Konkret dan Abstrak.......................................................................... 14
E.   Kata Baku dan Non-Baku.......................................................................... 14
F.    Makna Bersinonim...................................................................................... 19
G.   Ungkapan Idiomatik.................................................................................... 24
BAB III PENUTUP
A.   Kesimpulan.................................................................................................. 26
B.   Saran............................................................................................................. 26
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................... 27


BAB I
PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang Masalah
Harus diakui saat ini orang sering mengesampingkan pentingnya  penggunaan bahasa,  terutama  dalam tata cara  pemilihan kata atau diksi. Kita pun sering mengalami kesalahan. Hal itu terjadi karena kita tidak mengetahui pentingnya menguasai bahasa Indonesia yang baik dan benar. Penggunaan diksi sangat penting agar terciptanya komunikasi yang efektif. Agar terciptanya komunikasi yang efektif dan efisien dan untuk menghindari kesalahpahaman saat berkomunikasi. Manusia merupakan makhluk sosial sehingga kita tidak dapat terlepas dari berkomunikasi dengan sesama dalam setiap aktivitas kehidupan. Tetapi tidak jarang pula ketika sedang berkomunikasi lawan komunikasi saat berkomunikasi mengalami kesulitan menangkap informasi, hal ini terjadi karena kata yang digunakan kurang tepat ataupun rancu sehingga menimbulkan kesalahpahaman.
Pemilihan kata yang tepat merupakan sarana pendukung dan penentu keberhasilan dalam berkomunikasi. Pilihan kata atau diksi bukan hanya soal memilih kata, melainkan lebih mencakup bagaimana efek kata tersebut terhadap makna dan informasi yang ingin disampaikan. Pemilihan kata tidak hanya digunakan dalam berkomunikasi namun juga digunakan dalam bahasa tulis (jurnalistik). Dalam bahasa tulis  pilihan kata
 (diksi) mempengaruhi pembaca mengerti atau tidak dengan kata-kata yang kita pilih.
Dalam makalah ini, penulis berusaha menjelaskan mengenai diksi yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari baik. Hal itu dilakukan untuk meminimalisir kesalahan yang terjadi saat berkomunikasi.
B.           Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut :
1.    Apa pengertian dari diksi atau pilihan kata ?
2.    Apa pengertian dari homonim ?
3.    Bagaimana cara menggunakan kata baku dan non-baku ?
4.    Apa pengertian dan contoh dari kata konkret dan abstrak ?
5.    Bagaimana penggunaan ungkapan idiomatik ?

C.           Tujuan penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.    Mengetahui pengertian diksi atau pilihan kata
2.    Mengetahui pengertian homonim
3.    Memahami penggunaan kata baku dan non-baku
4.    Memahami pengertian dan contoh  dari kata konkret dan abstrak
5.    Mengetahui penggunaan ungkapan idiomatik

BAB II
PEMBAHASAN

A.           Pengertian Diksi atau Pilihan Kata
Diksi atau pilihan kata merupakan memilih kata-kata yang cocok dan tepat untuk digunakan dalam mengungkapkan gagasan atau ide, dan menyangkut persoalan fraseologi  (cara memakai kata-kata atau frasa didalam konstruksi yang lebih luas,  baik dalam bentuk tulisan maupun ujaran yang mencakup persoalan kata-kata dalam pengelompokkan atau susunannya atau menyangkut cara-cara yang khusus berbentuk ungkapan)  dan gaya bahasa.
Menurut Keraf:
1.    Diksi mencakup kata kata yang dipakai untuk meyampaikan suatu gagasan, cara menggabungkan kata yang tepat dan gaya yang paling baik digunakan dalam situasi tertentu.
2.    Diksi adalah kemampuan secara tepat membedakan nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa  yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar atau pembaca.
3.     Diksi yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan kosakata yang banyak.

1.  Persyaratan pemilihan kata
1.    Bedakan  secara cermat kata-kata denotatif dan konotatif;  bersinonim dan hampir bersinonim; kata-kata yang mirip dalam ejaannya seperti: bawah-bawah.
2.    Hindari kata-kata ciptaan sendiri atau mengutip kata-kata terkenal yang belum diterima imasyarakat.
3.    Waspadalah dalam  menggunakan kata-kata yang berakhiran asing atau bersufiks bahasa asing, seperti: biologi-biologis.
4.    Gunakan kata-kata depan secara idiomatik, sepeti kata ingat seharusnya ingat akan bukan ingat terhadap.
5.    Bedakan kata khusus dan kata umum.
6.    Perhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah dikenal.
7.    Perhatikan kelangsungan pilihan kata.

2. Makna kata dan jenisnya
Yang disebut makna adalah hubungan antara bentuk bahasa dan barang yang di acunya. Ada bermacam-macam makna, diantaranya:
1)    Makna leksikal dan makna gramatikal
Makna leksikal adalah makna kata secara lepas, tanpa kaitan dengan kata yang lainnya dalam sebuah struktur (frasa, klausa, kalimat).

Contoh :
Rumah adalah bangunan untuk tempat tinggal manusia.
Makna gramatikal adalah makna baru yang timbul akibat terjadinya proses gramatika (pengimbuhan, pengulangan, atau pemajemukan).
Contoh :
Berumah “mempunyai rumah”
Rumah-rumah ‘banyak rumah’
Rumah makan ‘rumah tempat makan’
Proses morfologis dapat menyebabkan perubahan jenis kata dan timbulnya makna baru. Misalnya :
a.    Sepatu termasuk kata benda, sedangkan bersepatu kata kerja.
b.    Bersepatu memiliki makna memakai atau mempunyai sepatu.
Fungsi (a) disebut fungsi gramatikal, fungsi (b) disebut fungsi semantis.
2)    Makna denotatif dan makna konotatif
                Makna denotatif atau makna referensial adalah makna yang menunjuk langsung pada acuan atau makna dasarnya. Makna konotatif atau makna evaluasi (emotif) adalah makna tambahan terhadap makna dasarnya yang berupa nilai rasa atau gambaran tertentu.
Contoh :
Merah ‘warna seperti warna darah’ (denotatif)
Merah ‘berani, dilarang’ (konotasi)
Makan hati ‘makan hati lembu/ayam’ (denotataif)
Makan hati ‘susah karena perbuatan orang lain’ (konotatif)
Kata-kata yang bermakna denotatif biasa digunakan dalam bahasa ilmiah yang bersifat lugas atau tidak menimbulkan interpretasi tambahan. Makna denotatif disebut juga dengan istilah :
1.    Denotasional, konseptual, ideasional, referensial, dan proposional : karena makna itu mengacu pada referen, konsep, atau ide tertentu dari suatu referen.
2.    Kognitif : karena makna itu berhubungan dengan kesadaran, pengetahuan, dan menyangkut rasio manusia.
                 Makna denotatif dapat dibedakan menjadi dua macam hubungan. Pertama, hubungan antara sebuah kata dengan barang individual yang diwakilinya. Kedua, hubungan sebuah kata dengan ciri-ciri atau perwatakan tertentu dari barang yang diwakilinya.
                 Makna konotatif atau sering juga disebut makna kiasan, makna konotasional, makna emotif, atau makna evaluatif. Makna konotatif adalah suatu jenis makna dimana stimulus dan respon mengandung nilai-nilai emosional. Kata-kata yang bermakna konotatif atau kiasan biasanya dipakai pada pembicaraan atau karangan non-ilmiah. Seperti berbalas pantun, peribahasa, lawakan, drama, prosa, puisi, dan lain-lain.
                 Karangan non-ilmiah sangat mementingkan nilai-nilai estetika. Nilai estetika dibangun oleh bahasa figuratif dengan menggunakan kata-kata konotatif agar penyampaian pesan atau amanat itu terasa indah. Pada karangan ini kurang memperhatikan ke akuratan informasi dan kelogisan makna. Dalam penyampaian pesan, ada dua macam cara. Pertama, penyampaian pesan secara langsung. Hampir sama dengan penyampaian pesan dalam karangan ilmiah. Kedua, penyampaian pesan secara tidak langsung. Harus menggunakan bahasa figuratif dengan kata-kata konotatif. Kita tidak kan bisa langsung memahami pesan atau amanat yang ingin disampaikan oleh pengarang kalau tidak mempunyai kemampuan mengapresiasinya.
Contoh kata-kata denotasi dan konotasi :
·         Selva cantik seperti model (denotatif)
·         Selva cantik bagaikan bunga (konotatif)
3)    Makna konstektual
Ialah makna yang ditentukan oleh konstek pemakainnya. Contoh : Dian sedang belajar, Kehidupan mereka sedang saja, Dia mendapat nilai sedang. Kata yang merupakan satuan bebas terkecil mempunyai dua aspek, yakni aspek bentuk atau ekspresi dan aspek isi atau makna. Bentuk bahasa adalah sesuatu yang dapat dicerna oleh panca indra, baik didengar maupun dilihat. Isi atau makna adalah segi yang menimbulkan reaksi atau respon dalam pikiran pendengar atau pembaca karena rangsangan atau stimulus aspek bentuk tadi.
            Wujud reaksi itu bermacam-macam yakni berupa tindakan atau perilaku, berupa pengertian, serta berupa tindakan. Hal ini bergantung pada apa yang didengarnya, dengan kata lain respon akan muncul berdasarkan stimulusnya.
Ada beberapa unsur yang terkandung dalam ujaran itu, yaitu :
1.    Pengertian merupakan landasan dasar untuk menyampaikan sesuatu kepada pendengar atau pembaca dengan mengharapkan suatu perilaku.
2.    Perasaan merupakan ekspresi pembicara terhadap pembicaraannya, hal ini berhubungan dengan nilai rasa terhadap hal yang dikatakan pembicara.
3.    Nada mencakup sikap pembicara atau penulis kepada pendengar atau pembacanya.
4.    Tujuan yaitu sesuatu yang ingin di capai oleh pembicara atau penulis.
            Makna kata merupakan hubungan antar bentuk dengan sesuatu yang diwakilinya atau hubungan lambang bunyi dengan sesuatu yang diacunya. Hubungan antara bentuk dan referen akan menimbulkan makna atau referensi.


B.            Kata Umum dan Kata Khusus
Makna umum adalah makna yang memiliki ruang lingkup cakupan yang luas dari kata yang lain. Sedangkan  makna khusus adalah makna yang memiliki ruang lingkup cakupan yang sempit dari kata yang lain.
Contoh :
1.    Kata umum :
a.    Ikan
b.     Bunga
c.    Membawa
d.    Melihat
2.    Kata khusus :
a.     Gurame, lele, dan tuna
b.     Mawar, melati, dan anggrek
c.    Memikul, menjinjing, dan mengepit
d.     Menatap, menoleh, dan mengintip
C.           Perubahan Makna Kata
Bahasa bersifat dinamis sehingga dapat menimbulkan kesulitan bagi pemakai yang kurang mengikuti perubahannya. Ketepatan suatu kata untuk mewakili atau melambangkan suatu benda, peristiwa, sifat, dan keterangan bergantung pada maknanya, yaitu hubungan antara lambang bunyi (bentuk atau kata) dengan referennya.
Perubahan  makna kata bukan  hanya ditentukan oleh perubahan jaman, juga disebabkan oleh tempat bahasa itu tumbuh dan berkembang. Makna bahasa mulanya dikenal oleh masyarakatnya, tetapi pada suatu waktu akan bergeser maknanyapada suatu wilayah tertentu, sedangkan masyarakat bahasa pada wilayah yang lain masih mempertahankan makna yang aslinya. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati dalam menggunakan atau memilih kata apalagi dalam hal-hal yang bersifat ilmiah. Pemakaian kata dengan makna tertentu harus bersifat nasional (masalah tempat), terkenal, dan sementara berlangsung.
Dahulu kita mengenal kata daulat, dalam KBBI (2001: 204) mengandung arti : “1. Berkat kebahagiaan (yang ada pada raja); bahagia; 2. Kekuasaan; pemerintah.” Tetapi pada waktu revolusi fisik kata daulat bermakna lain yakni, merebut hak dengan tidak sah, memecat dengan paksa. Misalnya: tanah-tanah Belanda banyak yang didaulat oleh rakyat; gubernur itu didaulat oleh rakyatnya karena melakukan korupsi. Setelah masa revolusi kata daulat tidak dipakai lagi, sehingga kata itu hampir mati meskipun dalam KBBI masih tercantum tetapi sudah jarang pemakaiannya.
D.           Diksi dalam Kalimat
Adalah pilihan kata yang tepat untuk ditempatkan dalam kalimat sesuai dengan makna, kesesuaian, kesopanan, dan bisa mewakili maksud atau gagasan. Makna kata secara leksikal banyak yang sama, tetapi penggunaanya tidak sama. Seperti kata penelitian, penyelidikan, pengamatan, dan penyidikan. Kata-kata tersebut bersinonim, tetapi tidak bisa ditempatkan dalam kalimat yang sama. Contoh dalam kalimat: “Mahasiswa tingkat akhir harus mengadakan penelitian sebagai tugas akhir studinya”; “Penyelidikan kasus penggelapan uang negara di Kejagung sudah dimulai”.
Kalimat-kalimat tersebut tidak bisa ditukar meskipun bermakna sama. Seandainya ditukar, tidak akan sesuai sehingga membingungkan pendengar atau pembaca. Dari segi kesopanan, kata mati, meninggal, gugur, magkat, wafat, dan pulang ke rahmatullah, dipilih berdasarkan jenis makhluk, tingkat social, dan waktu. Contoh: Kucing saya mati setelah makan ikan busuk; Ayahnya meniggal tadi malam; Pahlawanku gugur di medan laga; Beliau wafat tahun 1452 H. Frase biasa dipakai dalam pengumuman kematian yang belum lama kira-kira beberapa menit atau jam yang lalu atau dalam surat kabar, seperti “Innalilahi wa Inna Ilaihi Roji’un, telah pulang ke rahmatullah kakek Jono..”. Dari segi makna, kata Islam dan muslim sering salah penggunaanya. Contoh: “Setelah menjadi Islam dia rajin bersedekah” seharusnya “Setelah masuk Islam dia rajin bersedekah”. Jika kita ingin menggunakan kata “menjadi” kalimat yang seharusnya adalah “Setelah menjadi muslim dia sering bersedekah”. Islam adalah nama agama yang berarti lembaga, sedangkan muslim adalah orang yang beragama Islam. Kata menjadi tepat dipasangkan dengan orangnya dan kata masuk tepat dipasangkan dengan lembaganya.
E.     Homonim
Homonim adalah suatu  kata yang memiliki makna yang berbeda tetapi lafal atau ejaan sama. Jika lafalnya sama disebut homograf, namun jika yang sama adalah ejaannya maka disebut Homofon. Ada dua bentuk Homonim :
·         Homograf 
Homograf adalah kata yang memiliki kesamaan tulisan, berbeda bunyi, dan berbeda makna. Contoh homograf:
1.    Apel (buah), Apel (upacara)
o   Dedi sedang memakan apel
o   Para TNI sedang mengadakan Apel pagi
2.    Bisa(mampu), Bisa( racun ular)
o   Garuda muda bisa mengaahkan korea selatan
o   Bisa ular itu sangat mematikan
3.    Serang (nama kota), Serang (perang)
o   Minggu depan saya ingin ke kota Serang.
o   Pasukan itu di serang oleh musuhnya.
4.    Per (benda), Per (pembagian)
o   Per sepeda itu bekerja dengan baik.
o   Mahasiswa harus membayar uang Bpp per semester.
5.    Tahu (makanan), Tahu (mengetahui)
o   Irsan tidak suka makan tahu.
o   Saya tahu tentang pelajaran ini.

·         Homofon
Homofon adalah kata yang mempunyai pengertian sama bunyi, berbeda tulisan, dan berbeda makna. Contoh homofon:
1.    Rok (pakaian), Rock (aliran music)
o   Saya sangat suka music rock.
o   Ayu memakai rok ke kampus.
2.    Djarum (merek rokok), Jarum (alat untuk menjahit)
o   Ayah menyuruh saya membeli rokok djarum.
o   Tangan sya berdarah tertusuk jarum.
3.    Tank (kendaraan perang), Tang (alat perkakas)
o   TNI latihan enggunakan mobil tank.
o   Saya butuh tang untuk memprbaiki motor.
4.    Massa (kerumunan masyarakat), Masa (waktu)
o   Pencuri itu tewas di keroyok massa.
o   Saya ingin hidup lebih baik di masa yang akan datang.
5.    Bank (tempat menyimpan uang), Bang (panggilan untuk kakak)
o   Banyak orang yag menyimpan uangnya di bank.
o   Bang Toyib masih belum pulang juga.



F.     Kata Konkret dan Abstrak
Kata yang acuannya semakin mudah diserap panca indra disebut kata konkret ,seperti meja, rumah, mobil, dan lain-lain. Jika suatu kata tidak mudah diserap panca indra maka kata itu disebut kata abstrak ,seperti gagasan dan saran. Kata abstrak digunakan untuk mengungkapkan gagasan rumit. Kata abstrak mampu membedakan secara halus gagasan yang bersifat teknis dan khusus. Akan tetapi jika dihambur-hamburkan dalam suatu karangan, karangan itu dapat menjadi samar dan tidak cermat.
Kata abstrak mempunyai referensi berupa konsep, sedangkan kata konkret mempunyai referensi objek yang diamati.
Contoh :
o   Kata abstrak
Kebaikkan seseorang kepada orang lain merupakan sifat terpuji.
kebenaran pendapat itu begitu meyakinkan
o   Kata konkret
APBN RI mengalami kenaikkan lima belas persen.
Angka kelulusan SMA tingkat sumatera barat mengalami kenaikan hingga sembilan persen. Membicarakan membahas, mengkaji
G.    Kata Baku dan Non Baku
Kata baku adalah kata yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang telah ditentukan. Sebagai sumber utama bahasa baku adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kata baku digunakan dalam kalimat resmi, baik lisan maupun tertulis dengan pengungkapan gagasan secara tepat.
Kata baku dan non-baku dapat dilihat berdasarkan berdasarkan beberapa ranah (elemen atau unsur yang dibatasi; bidang disiplin) seperti:
a.            Ranah finologis
Satuan bunyi terkecil yang mampu menunjukkan kontras makna, adalah fonem karena  membedakan makna kata harus dan arus, adalah dua fonem yg berbeda karena bara dan para beda maknanya.
Kata baku yang memiliki kata non-baku karena :
§  penambahan fonem
Kata baku
Kata non-baku
Himbau
Handal
Hutang
Imbau
Andal
Utang

§  pengurangan fonem
Kata baku
Kata non-baku
Terap
Terapi
Tetapi
Tidak
Trap
Trampil
Tapi
Tak


§  pengubahan fonem
Kata baku
Kata non-baku
Telur
Ubah
Tampak
Telor
Obah
Nampak

b.            Ranah morfologis
Kata baku yang memiliki kata non baku karena  hasil proses morfologis.
§  pengurangam fonem
Kata baku
Kata non-baku
Memfokuskan
Memprotes
Memfitnah
Memokukan
Memrotes
Memitnah

§  pengubahan fonem
Kata baku
Kata non-baku
Mengubah
Merubah





§  penggantian afiks
Kata baku
Kata non-baku
Menangkap
Menatap
Mengambil
Menahan
Nahan
Natap
Ngambil
Nahan

§  kelebihan fonem
Kata baku
Kata non-baku
Beracun
Beriak
Beribu
Becermin
Berracun
Berriak
Berribu
Bercermin

C.   Ranah leksikon
1 kosakata; 2 kamus yg sederhana; 3 daftar istilah dl suatu bidang disusun menurut abjad dan dilengkapi dengan keterangannya ; 4 komponen bahasa yg memuat semua informasi tentang makna dan pemakaian kata dl bahasa; 5 kekayaan kata yg dimiliki suatu bahasa. Kata (frasa) baku yang memiliki kata (frasa) non-baku yang terdapat dalam ragam percakapan.
Contoh  pasangan kata (frasa) baku dan kata (frasa) non-baku sebagai berikut :

Frasa baku
Frasa non-baku
Tidak terlalu
Belum masak
Tidak mau
Hanya nasi
Tidak begitu
Belum matang
Enggak mau
Nasi doang

Selain menggunakan kalimat ragam formal, juga menggunakan ragam percakapan, contohnya :
Frasa baku
Frasa non-baku
Waktu lain
Amat besar
Amat mahal
Pertama kali
Lain waktu
Besar amat
Mahal amat
Kali pertama

Dalam kalimat  ragam formal, kita sering membuat kata-kata yang maknanya di gunakan sudah melebihi makna, contohnya :
Frasa baku
Frasa non-baku
Sangat pedih
Paling kaya
Amat sangat pedih
Paling terkaya



H.    Makna Bersinonim
Kata bersinonim  adalah  kata yang bentuknya berbeda namun pada dasarnya memiliki makna yang hampir mirip atau serupa.
Dalam penggunaan kata bersinonim harus memilih kata yang tepat dalam kalimat ragam formal. Karena meskipun bersinonim pada dasarnya memiliki perbedaan dalam konteks penggunaannya.   
Contoh kata bersinonim :
    Cerdas         =  cerdik, hebat, pintar
    Besar           =  agung,raya
    Mati             =  wafat, mangkat, meninggal
    Ilmu             =  pengetahuan
    Penelitian    =  penyelidikan
1.    Contoh : membedakan  nuansa-nuansa makna dari gagasan yang disampaikan dan menemukan kata yang sesuai dengan konteks pemakaiannya.
Kata pahit bersinonim dengan kata getir. Ketika ingin menggunakan kedua kata tersebut kita harus memperhitungkan konteksnya kata pahit dan getir berterima pada konstruksi pengalaman yang pahit dan pengalaman yang getir, tetapi tidak berterima pada konstruksi obat itu getir.
2.    Contoh : kesesuaian pilihan kata yang cocok dengan konteks, seperti situasi pemakaian, sasaran penulis, dan lain-lain.
Kata Kamu, Anda, dan Saudara, merupakan kata-kata yang bersinonim, yaitu kata yang digunakan untuk menyebut lawan bicara, tetapi bukanlah sinonim mutlak. Nilai-nilai sosial menjadikan ketiga kata itu memiliki nuansa yang berbeda.
Seperti :
·         Saya sama besar dengan kamu
·         Saya sama besar dengan anda
·         Saya sama besar dengan saudara
Sinonim ini dipergunakan untuk mengalihkan pemakaian kata pada tempat tertentu sehingga kalimat itu tidak membosankan.
a.      Sinonim mutlak :
Kata-kata yang dapat bertukar tempat dalam konteks kebahasaan apa pun tanpa mengubahmakna struktural dan makna leksikal dalam rangkaian kata atau frasa atau klausa atau kalimat.
Contoh Sinonim mutlak :
kosmetik = alat kecantikan
laris = laku, larap
leksikografi = perkamusan
kucing = meong
b.    Sinonim semirip :
Kata-kata yang dapat bertukar tempat dalam konteks kebahasaan tertentu tanpa mengubah makna struktural dan leksikal dalam rangkaian kata atau frasa atau klausa atau kalimat tersebut saja.
Contoh Sinonim semirip :
melatis = menerobos lahiriah = jasmaniah
c.    Sinonim selingkung :
Kata-kata yang dapat saling mengganti dalam satu konteks kebahasaan tertentu saja secara struktural dan leksikal.
Contoh Sinonim selingkung :
lemah = lemas
binatang = fauna
bohong = dusta
haus = dahaga
pakaian = baju
bertemu = berjumpa
Cerdas = cerdik
Agung = besar = raya
I.              Penggunaan Kata Secara Tepat
Dalam kalimat ragam formal, kita perlu menggunakan kata-kata secara tepat dalam hal penggunaan kata depan.
Seperti :
o   Kata (di) seharusnya digunakan( pada), contoh :


Penggunaan kata secara tepat
Penggunaan kata yang tidak tepat
Pada siang hari
Pada pagi hari
Pada kita
Di siang hari
Di pagi hari
Di kita

o   Kata (ke) yang seharusnya digunakan (kepada), contoh :
Penggunaan kata yang tepat
Penggunaan kata yang tidak tepat
Kepada kami
Kepada kita
Kepada ibu
Ke kami
Ke kita
Ke ibu

Dalam penggunaan kata depan dan kata penghubung harus digunakan secara tepat, yang sesuai dengan jenis keterangan dalam jenis kalimat :
1)    Untuk keterangan tempat digunakan kata di, ke, dari, di dalam, dan pada.
2)    Untuk keterangan waktu digunakan kata pada, dalam, setelah, sebelum, sesudah, selama, dan sepanjang.
3)    Untuk keterangan alat digunakan kata dengan.
4)    Untuk keterangan tujuan digunakan kata agar, supaya, untuk, bagi, dan demi.
5)    Untuk keterangan cara digunakan kata dengan, secara, dengan cara, dan dengan jalan.
6)    Untuk keterangan penyerta digunakan kata dengan, bersama, dan beserta.
7)    Untuk keterangan perbandinganatau kemiripan digunakan kata seperti, bagaikan, dan laksana.
8)    Untuk keterangan sebab digunakan kata karena, dan sebab.
J.         Kesalahan pembentukan kata
Ada dua cara pembentukan kata, yaitu dari dalam dan dari luar bahasa Indonesia. Dari dalam bahasa Indonesia terbentuk kosakata baru dengan dasar kata yang sudah ada, sedangkan dari luar terbentuk kata baru melalui unsur serapan.
1)           Kesalahan Pembentukan dan Pemilihan Kata, pada bagian berikut akan diperlihatkan kesalahan pembentukan kata, yang sering kita temukan, baik dalam bahasa lisan maupun bahasa tulis.
2)            Penanggalan awalan meng-
3)            Penanggalan awalan ber-
4)            Peluluhan bunyi /c/
5)            Penyengauan kata dasar
6)            Bunyi /s/, /k/, /p/, dan /t/ yang tidak luluh
7)            Awalan ke- yang kelirupemakaian akhiran –ir
8)            Padanan yang tidak serasi
9)               Pemakaian kata depan di, ke, dari, bagi, pada,, daripada dan terhadap
10)         Penggunaan kesimpulan, keputusan, penalaran, dan pemukiman
K.        Ungkapan Idiomatik
Ungkapan idiomatik adalah konstruksi yang pas pada suatu bahasa yang salah unsurnya tidak dapat dihilangkan atau diganti. Ungkapan idiomatik adalah kata-kata yang mempunyai sifat idionim yang tidak terkena kaidah ekonomi bahasa. Ungkapan yang bersifat idiomatik trdiri atas dua atau tiga kata yang tidak memperkuat diksi di dalam tulisan. Beberapa contoh pemakaian ungkapan idiomatik adalah sebagai berikut:
Menteri Dalam Negeri bertemu Presiden Gus Dur (salah)
Menteri Dalam Negeri bertemu dengan  Presiden Gus Dur (benar)
Di samping itu, ada beberapa kata yang berbentuk seperti itu:
1.    Sehubungan dengan
2.    Berhubungan dengan
3.    Sesuai dengan
4.    Bertepatan dengan
5.    Sejalan dengan
Ungkapan idiomatik lain yang perlu diperhatikan ialah:
Salah
Benar
Terdiri
Terjadi atas
Disebabkan karena
Tediri atas / dari
Terjadi dari
Disebabkan oleh


BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan

Kreativitas dalam memilih kata merupakan kunci utama pengarang dalam menulis gagasan atau ungkapan. Penguasaan dalam pengolahan kata juga merupakan kunci utama dalam menghasilkan tulisan yang indah, dapat dibaca serta ide yang ingin disampaikan penulis dapat dipahami dengan baik.
Kata yang tepat akan membantu seseorang mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin disampaikannya baik secara lisan maupun dengan tulisan. Pemilihan kata juga harus sesuai dengan situasi kondisi dan tempat penggunaan kata-kata itu. Pembentukan kata atau istilah adalah kata yang mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan atau sifat yang khas dalam bidang tertentu.
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa diksi mempunyai persamaan yaitu sama-sama penulis ingin menyampaikan sesuatu di hasil karya tulisannya dengan maksud agar pembaca dapat memahami maksud dan tujuan penulis.

B.   Saran      
                                                                  
            Penulis mendapatkan pengalaman yang sangat berharga dalam pembuatan makalah ini mengenai pengetahuan diksi (pilihan kata). Penulis menyarankan kepada semua pembaca untuk mempelajari pengolahan kata dalam membuat kalimat. Dengan mempelajari diksi diharapkan  mahasiswa dan mahasiswi memiliki ketetapan dalam menyampaikan dan menyusun suatu gagasan agar yang disampaikan mudah dipahami dengan baik.










DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zaenal. 2000. Cermat Berbahasa Indonesi. Jakarta: Akademi Pressindo
Heryati, Yeti, Cecep Wahyu, Enung K. Rukianti, Heri Jauhari. 2013. Bahasa Indonesia. Bandung: Rineka Cipta
Keraf, Gorys. 1985. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia
Suhertuti, dkk. 2011. Bahasa Indonesia. Jakarta: Irham Publishing

Yandianto. 2001.  Kamus Umum Bahasa Indonesia. Bandung: Balai Pustaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar