DIKSI ATAU PILIHAN KATA
Tugas Kelompok 3
Mata Kuliah : Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu :
Dinar Imelda Kartika,
S.S, M.Pd
Disusun Oleh :
Jeane Angelica Regiana
15.161.500.02
Ratih Monica Sitorus
15.161.500.04
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
2017
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Berkat dan KaruniaNya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah tentang “Diksi Atau Pilihan Kata”
Kami
mengucapkan terima kasih kepada Dosen
Pembimbing yang telah membantu, membimbing, dan memberi petunjuk, sehingga
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Kami
juga berterima kasih kepada teman-teman
Mahasiswa/i UKI khususnya Mahasiswa/i
FKIP-KIMIA angkatan 2015 yang telah memberikan masukan positif mengenai tugas
tersebut.
Tak
ada gading yang tak retak. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah
ini, karena pengetahuan yang kami miliki saat ini, masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami berharap kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan dan kritik yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Jakarta,
16 Maret 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................... i
DAFTAR
ISI.................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah.............................................................................. 1
B.
Rumusan Masalah........................................................................................ 2
C.
Tujuan Penulisan.......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian Diksi............................................................................................ 3
B.
Kata Umum dan Kata Khusus.................................................................... 9
C.
Homonim...................................................................................................... 12
D.
Kata Konkret dan Abstrak.......................................................................... 14
E.
Kata Baku dan Non-Baku.......................................................................... 14
F.
Makna Bersinonim...................................................................................... 19
G.
Ungkapan Idiomatik.................................................................................... 24
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan.................................................................................................. 26
B.
Saran............................................................................................................. 26
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................... 27
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Harus diakui
saat ini orang sering mengesampingkan pentingnya penggunaan bahasa,
terutama dalam tata cara pemilihan kata atau diksi. Kita pun sering
mengalami kesalahan. Hal itu terjadi karena kita tidak mengetahui pentingnya
menguasai bahasa Indonesia yang baik dan benar. Penggunaan diksi sangat penting
agar terciptanya komunikasi yang efektif. Agar terciptanya komunikasi yang
efektif dan efisien dan untuk menghindari kesalahpahaman saat berkomunikasi.
Manusia merupakan makhluk sosial sehingga kita tidak dapat terlepas dari berkomunikasi
dengan sesama dalam setiap aktivitas kehidupan. Tetapi tidak jarang pula ketika
sedang berkomunikasi lawan komunikasi saat berkomunikasi mengalami kesulitan
menangkap informasi, hal ini terjadi karena kata yang digunakan kurang tepat
ataupun rancu sehingga menimbulkan kesalahpahaman.
Pemilihan
kata yang tepat merupakan sarana pendukung dan penentu keberhasilan dalam
berkomunikasi. Pilihan kata atau diksi bukan hanya soal memilih kata, melainkan
lebih mencakup bagaimana efek kata tersebut terhadap makna dan informasi yang
ingin disampaikan. Pemilihan kata tidak hanya digunakan dalam berkomunikasi
namun juga digunakan dalam bahasa tulis (jurnalistik). Dalam bahasa tulis
pilihan kata
(diksi) mempengaruhi pembaca mengerti atau
tidak dengan kata-kata yang kita pilih.
Dalam makalah
ini, penulis berusaha menjelaskan mengenai diksi yang digunakan dalam kehidupan
sehari-hari baik. Hal itu dilakukan untuk meminimalisir kesalahan yang terjadi
saat berkomunikasi.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
uraian diatas maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian
dari diksi atau pilihan kata ?
2. Apa
pengertian dari homonim ?
3. Bagaimana
cara menggunakan kata baku dan non-baku ?
4. Apa pengertian
dan contoh dari kata konkret dan abstrak ?
5. Bagaimana
penggunaan ungkapan idiomatik ?
C.
Tujuan
penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas
maka tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui
pengertian diksi atau pilihan kata
2. Mengetahui pengertian
homonim
3. Memahami penggunaan
kata baku dan non-baku
4. Memahami
pengertian dan contoh dari kata konkret
dan abstrak
5. Mengetahui penggunaan
ungkapan idiomatik
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Diksi atau Pilihan Kata
Diksi atau
pilihan kata merupakan memilih kata-kata yang cocok dan tepat untuk digunakan
dalam mengungkapkan gagasan atau ide, dan menyangkut persoalan fraseologi (cara memakai kata-kata atau frasa didalam
konstruksi yang lebih luas, baik dalam
bentuk tulisan maupun ujaran yang mencakup persoalan kata-kata dalam pengelompokkan
atau susunannya atau menyangkut cara-cara yang khusus berbentuk ungkapan) dan gaya bahasa.
Menurut Keraf:
1. Diksi
mencakup kata kata yang dipakai untuk meyampaikan suatu gagasan, cara
menggabungkan kata yang tepat dan gaya yang paling baik digunakan dalam situasi
tertentu.
2. Diksi adalah
kemampuan secara tepat membedakan nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin
disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi
dan nilai rasa yang dimiliki kelompok
masyarakat pendengar atau pembaca.
3. Diksi yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan
oleh penguasaan kosakata yang banyak.
1. Persyaratan pemilihan kata
1. Bedakan secara cermat kata-kata denotatif dan
konotatif; bersinonim dan hampir
bersinonim; kata-kata yang mirip dalam ejaannya seperti: bawah-bawah.
2. Hindari
kata-kata ciptaan sendiri atau mengutip kata-kata terkenal yang belum diterima
imasyarakat.
3. Waspadalah
dalam menggunakan kata-kata yang
berakhiran asing atau bersufiks bahasa asing, seperti: biologi-biologis.
4. Gunakan
kata-kata depan secara idiomatik, sepeti kata ingat seharusnya ingat akan bukan
ingat terhadap.
5. Bedakan kata
khusus dan kata umum.
6. Perhatikan
perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah dikenal.
7. Perhatikan
kelangsungan pilihan kata.
2. Makna
kata dan jenisnya
Yang disebut makna adalah hubungan antara bentuk
bahasa dan barang yang di acunya. Ada bermacam-macam makna, diantaranya:
1) Makna
leksikal dan makna gramatikal
Makna
leksikal adalah makna kata secara lepas, tanpa kaitan dengan kata yang lainnya
dalam sebuah struktur (frasa, klausa, kalimat).
Contoh :
Rumah adalah
bangunan untuk tempat tinggal manusia.
Makna
gramatikal adalah makna baru yang timbul akibat terjadinya proses gramatika
(pengimbuhan, pengulangan, atau pemajemukan).
Contoh :
Berumah
“mempunyai rumah”
Rumah-rumah
‘banyak rumah’
Rumah makan
‘rumah tempat makan’
Proses
morfologis dapat menyebabkan perubahan jenis kata dan timbulnya makna baru.
Misalnya :
a. Sepatu
termasuk kata benda, sedangkan bersepatu kata kerja.
b. Bersepatu
memiliki makna memakai atau mempunyai sepatu.
Fungsi (a) disebut fungsi gramatikal, fungsi (b)
disebut fungsi semantis.
2) Makna
denotatif dan makna konotatif
Makna denotatif atau makna
referensial adalah makna yang menunjuk langsung pada acuan atau makna dasarnya.
Makna konotatif atau makna evaluasi (emotif) adalah makna tambahan terhadap
makna dasarnya yang berupa nilai rasa atau gambaran tertentu.
Contoh :
Merah ‘warna
seperti warna darah’ (denotatif)
Merah
‘berani, dilarang’ (konotasi)
Makan hati
‘makan hati lembu/ayam’ (denotataif)
Makan hati
‘susah karena perbuatan orang lain’ (konotatif)
Kata-kata
yang bermakna denotatif biasa digunakan dalam bahasa ilmiah yang bersifat lugas
atau tidak menimbulkan interpretasi tambahan. Makna denotatif disebut juga
dengan istilah :
1.
Denotasional,
konseptual, ideasional, referensial, dan proposional : karena makna
itu mengacu pada referen, konsep, atau ide tertentu dari suatu referen.
2.
Kognitif : karena
makna itu berhubungan dengan kesadaran, pengetahuan, dan menyangkut rasio
manusia.
Makna denotatif dapat
dibedakan menjadi dua macam hubungan.
Pertama, hubungan antara sebuah kata dengan barang individual yang
diwakilinya. Kedua, hubungan sebuah
kata dengan ciri-ciri atau perwatakan tertentu dari barang yang diwakilinya.
Makna konotatif atau
sering juga disebut makna kiasan, makna konotasional, makna emotif, atau makna
evaluatif. Makna konotatif adalah suatu jenis makna dimana stimulus dan respon
mengandung nilai-nilai emosional. Kata-kata yang bermakna konotatif atau kiasan
biasanya dipakai pada pembicaraan atau karangan non-ilmiah. Seperti berbalas
pantun, peribahasa, lawakan, drama, prosa, puisi, dan lain-lain.
Karangan non-ilmiah
sangat mementingkan nilai-nilai estetika. Nilai estetika dibangun oleh bahasa
figuratif dengan menggunakan kata-kata konotatif agar penyampaian pesan atau
amanat itu terasa indah. Pada karangan ini kurang memperhatikan ke akuratan
informasi dan kelogisan makna. Dalam penyampaian pesan, ada dua macam cara.
Pertama, penyampaian pesan secara langsung. Hampir sama dengan penyampaian
pesan dalam karangan ilmiah. Kedua, penyampaian pesan secara tidak langsung.
Harus menggunakan bahasa figuratif dengan kata-kata konotatif. Kita tidak kan
bisa langsung memahami pesan atau amanat yang ingin disampaikan oleh pengarang
kalau tidak mempunyai kemampuan mengapresiasinya.
Contoh kata-kata denotasi dan konotasi :
·
Selva cantik seperti model (denotatif)
·
Selva cantik bagaikan bunga (konotatif)
3) Makna
konstektual
Ialah makna yang ditentukan oleh konstek pemakainnya.
Contoh : Dian sedang belajar, Kehidupan
mereka sedang saja, Dia mendapat
nilai sedang. Kata yang merupakan
satuan bebas terkecil mempunyai dua aspek, yakni aspek bentuk atau ekspresi dan
aspek isi atau makna. Bentuk bahasa adalah sesuatu yang dapat dicerna oleh
panca indra, baik didengar maupun dilihat. Isi atau makna adalah segi yang
menimbulkan reaksi atau respon dalam pikiran pendengar atau pembaca karena
rangsangan atau stimulus aspek bentuk tadi.
Wujud
reaksi itu bermacam-macam yakni berupa tindakan atau perilaku, berupa
pengertian, serta berupa tindakan. Hal ini bergantung pada apa yang
didengarnya, dengan kata lain respon akan muncul berdasarkan stimulusnya.
Ada beberapa unsur yang terkandung dalam ujaran itu,
yaitu :
1. Pengertian
merupakan landasan dasar untuk menyampaikan sesuatu kepada pendengar atau
pembaca dengan mengharapkan suatu perilaku.
2. Perasaan
merupakan ekspresi pembicara terhadap pembicaraannya, hal ini berhubungan
dengan nilai rasa terhadap hal yang dikatakan pembicara.
3. Nada
mencakup sikap pembicara atau penulis kepada pendengar atau pembacanya.
4. Tujuan yaitu
sesuatu yang ingin di capai oleh pembicara atau penulis.
Makna
kata merupakan hubungan antar bentuk dengan sesuatu yang diwakilinya atau
hubungan lambang bunyi dengan sesuatu yang diacunya. Hubungan antara bentuk dan
referen akan menimbulkan makna atau referensi.
B.
Kata
Umum dan Kata Khusus
Makna umum adalah makna yang memiliki ruang lingkup
cakupan yang luas dari kata yang lain. Sedangkan makna khusus adalah makna yang memiliki ruang
lingkup cakupan yang sempit dari kata yang lain.
Contoh :
1. Kata umum :
a. Ikan
b. Bunga
c. Membawa
d. Melihat
2. Kata khusus
:
a. Gurame, lele, dan tuna
b. Mawar, melati, dan anggrek
c. Memikul,
menjinjing, dan mengepit
d. Menatap, menoleh, dan mengintip
C.
Perubahan
Makna Kata
Bahasa
bersifat dinamis sehingga dapat menimbulkan kesulitan bagi pemakai yang kurang
mengikuti perubahannya. Ketepatan suatu kata untuk mewakili atau melambangkan
suatu benda, peristiwa, sifat, dan keterangan bergantung pada maknanya, yaitu
hubungan antara lambang bunyi (bentuk atau kata) dengan referennya.
Perubahan makna kata bukan hanya ditentukan oleh perubahan jaman, juga
disebabkan oleh tempat bahasa itu tumbuh dan berkembang. Makna bahasa mulanya
dikenal oleh masyarakatnya, tetapi pada suatu waktu akan bergeser maknanyapada
suatu wilayah tertentu, sedangkan masyarakat bahasa pada wilayah yang lain
masih mempertahankan makna yang aslinya. Oleh karena itu, kita harus
berhati-hati dalam menggunakan atau memilih kata apalagi dalam hal-hal yang
bersifat ilmiah. Pemakaian kata dengan makna tertentu harus bersifat nasional (masalah tempat), terkenal, dan sementara berlangsung.
Dahulu kita
mengenal kata daulat, dalam KBBI (2001: 204) mengandung arti : “1. Berkat kebahagiaan (yang ada pada raja); bahagia; 2. Kekuasaan; pemerintah.” Tetapi pada waktu revolusi fisik kata daulat bermakna lain yakni, merebut hak
dengan tidak sah, memecat dengan paksa. Misalnya: tanah-tanah Belanda banyak
yang didaulat oleh rakyat; gubernur
itu didaulat oleh rakyatnya karena melakukan korupsi. Setelah masa revolusi
kata daulat tidak dipakai lagi,
sehingga kata itu hampir mati meskipun dalam KBBI masih tercantum tetapi sudah
jarang pemakaiannya.
D.
Diksi dalam
Kalimat
Adalah
pilihan kata yang tepat untuk ditempatkan dalam kalimat sesuai dengan makna,
kesesuaian, kesopanan, dan bisa mewakili maksud atau gagasan. Makna kata secara
leksikal banyak yang sama, tetapi penggunaanya tidak sama. Seperti kata
penelitian, penyelidikan, pengamatan, dan penyidikan. Kata-kata tersebut
bersinonim, tetapi tidak bisa ditempatkan dalam kalimat yang sama. Contoh dalam
kalimat: “Mahasiswa tingkat akhir harus mengadakan penelitian sebagai tugas akhir studinya”; “Penyelidikan kasus penggelapan uang negara di Kejagung sudah
dimulai”.
Kalimat-kalimat
tersebut tidak bisa ditukar meskipun bermakna sama. Seandainya ditukar, tidak
akan sesuai sehingga membingungkan pendengar atau pembaca. Dari segi kesopanan,
kata mati, meninggal, gugur, magkat, wafat,
dan pulang ke rahmatullah, dipilih
berdasarkan jenis makhluk, tingkat social, dan waktu. Contoh: Kucing saya mati setelah makan ikan busuk; Ayahnya meniggal tadi malam; Pahlawanku gugur di medan laga; Beliau wafat tahun
1452 H. Frase biasa dipakai dalam pengumuman kematian yang belum lama kira-kira
beberapa menit atau jam yang lalu atau dalam surat kabar, seperti “Innalilahi
wa Inna Ilaihi Roji’un, telah pulang ke
rahmatullah kakek Jono..”. Dari segi makna, kata Islam dan muslim sering
salah penggunaanya. Contoh: “Setelah menjadi
Islam dia rajin bersedekah” seharusnya “Setelah masuk Islam dia rajin bersedekah”. Jika kita ingin menggunakan kata
“menjadi” kalimat yang seharusnya adalah “Setelah menjadi muslim dia sering bersedekah”. Islam adalah nama agama yang berarti lembaga, sedangkan muslim adalah orang yang beragama Islam.
Kata menjadi tepat dipasangkan dengan
orangnya dan kata masuk tepat dipasangkan dengan lembaganya.
E. Homonim
Homonim adalah suatu
kata yang memiliki makna yang berbeda tetapi lafal atau ejaan sama. Jika
lafalnya sama disebut homograf, namun jika yang sama adalah ejaannya maka
disebut Homofon. Ada dua bentuk Homonim :
·
Homograf
Homograf adalah kata yang memiliki kesamaan tulisan,
berbeda bunyi, dan berbeda makna. Contoh homograf:
1. Apel (buah), Apel
(upacara)
o
Dedi sedang memakan apel
o
Para TNI sedang mengadakan Apel pagi
2. Bisa(mampu), Bisa(
racun ular)
o
Garuda muda bisa mengaahkan korea selatan
o
Bisa ular itu sangat mematikan
3. Serang (nama kota), Serang (perang)
o
Minggu depan saya ingin ke kota Serang.
o
Pasukan itu di serang oleh musuhnya.
4. Per (benda),
Per (pembagian)
o Per sepeda
itu bekerja dengan baik.
o Mahasiswa
harus membayar uang Bpp per semester.
5. Tahu (makanan), Tahu (mengetahui)
o Irsan tidak
suka makan tahu.
o Saya tahu
tentang pelajaran ini.
·
Homofon
Homofon adalah kata yang mempunyai pengertian sama
bunyi, berbeda tulisan, dan berbeda makna. Contoh homofon:
1. Rok (pakaian), Rock (aliran music)
o
Saya sangat suka music rock.
o
Ayu memakai rok ke kampus.
2. Djarum (merek rokok), Jarum (alat untuk menjahit)
o
Ayah menyuruh saya membeli rokok djarum.
o
Tangan sya berdarah tertusuk jarum.
3. Tank (kendaraan perang), Tang (alat perkakas)
o
TNI latihan enggunakan mobil tank.
o
Saya butuh tang untuk memprbaiki motor.
4. Massa (kerumunan masyarakat), Masa (waktu)
o
Pencuri itu tewas di keroyok massa.
o
Saya ingin hidup lebih baik di masa yang akan
datang.
5. Bank (tempat menyimpan uang), Bang (panggilan untuk kakak)
o
Banyak orang yag menyimpan uangnya di bank.
o
Bang Toyib masih belum pulang juga.
F. Kata Konkret dan Abstrak
Kata yang
acuannya semakin mudah diserap panca indra disebut kata konkret ,seperti meja, rumah, mobil, dan
lain-lain. Jika suatu kata tidak mudah diserap panca indra maka kata itu disebut kata abstrak ,seperti gagasan dan saran. Kata abstrak
digunakan untuk mengungkapkan gagasan rumit. Kata abstrak mampu membedakan
secara halus gagasan yang bersifat teknis dan khusus. Akan tetapi jika dihambur-hamburkan dalam suatu karangan, karangan itu dapat menjadi samar dan tidak cermat.
Kata abstrak
mempunyai referensi berupa konsep, sedangkan kata konkret mempunyai referensi
objek yang diamati.
Contoh :
o Kata abstrak
Kebaikkan seseorang
kepada orang lain merupakan sifat terpuji.
kebenaran pendapat
itu begitu meyakinkan
o Kata konkret
APBN RI
mengalami kenaikkan lima belas persen.
Angka
kelulusan SMA tingkat sumatera barat mengalami kenaikan hingga sembilan
persen. Membicarakan membahas, mengkaji
G.
Kata Baku dan Non Baku
Kata baku adalah kata yang digunakan sesuai dengan
kaidah bahasa Indonesia yang telah ditentukan. Sebagai sumber utama bahasa baku
adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kata baku digunakan dalam kalimat resmi, baik
lisan maupun tertulis dengan pengungkapan gagasan secara tepat.
Kata baku dan non-baku dapat dilihat berdasarkan
berdasarkan beberapa ranah (elemen atau unsur yang dibatasi; bidang disiplin)
seperti:
a.
Ranah finologis
Satuan bunyi terkecil yang mampu menunjukkan
kontras makna, adalah fonem karena
membedakan makna kata harus dan arus,
adalah dua fonem yg berbeda karena bara dan para beda
maknanya.
Kata baku
yang memiliki kata non-baku karena :
§ penambahan
fonem
Kata baku
|
Kata non-baku
|
Himbau
Handal
Hutang
|
Imbau
Andal
Utang
|
§ pengurangan
fonem
Kata baku
|
Kata
non-baku
|
Terap
Terapi
Tetapi
Tidak
|
Trap
Trampil
Tapi
Tak
|
§ pengubahan
fonem
Kata baku
|
Kata
non-baku
|
Telur
Ubah
Tampak
|
Telor
Obah
Nampak
|
b.
Ranah morfologis
Kata baku yang memiliki kata non baku karena hasil
proses morfologis.
§ pengurangam
fonem
Kata baku
|
Kata
non-baku
|
Memfokuskan
Memprotes
Memfitnah
|
Memokukan
Memrotes
Memitnah
|
§ pengubahan
fonem
Kata baku
|
Kata
non-baku
|
Mengubah
|
Merubah
|
§ penggantian
afiks
Kata baku
|
Kata
non-baku
|
Menangkap
Menatap
Mengambil
Menahan
|
Nahan
Natap
Ngambil
Nahan
|
§ kelebihan
fonem
Kata baku
|
Kata
non-baku
|
Beracun
Beriak
Beribu
Becermin
|
Berracun
Berriak
Berribu
Bercermin
|
C. Ranah
leksikon
1 kosakata;
2 kamus yg sederhana; 3 daftar istilah dl suatu bidang
disusun menurut abjad dan dilengkapi dengan keterangannya ; 4 komponen bahasa yg memuat semua
informasi tentang makna dan pemakaian kata dl bahasa; 5 kekayaan kata yg dimiliki suatu
bahasa. Kata (frasa) baku yang memiliki kata (frasa) non-baku yang terdapat
dalam ragam percakapan.
Contoh pasangan kata
(frasa) baku dan kata (frasa) non-baku sebagai berikut :
Frasa baku
|
Frasa
non-baku
|
Tidak terlalu
Belum masak
Tidak mau
Hanya nasi
|
Tidak begitu
Belum matang
Enggak mau
Nasi doang
|
Selain
menggunakan kalimat ragam formal, juga menggunakan ragam percakapan, contohnya
:
Frasa baku
|
Frasa
non-baku
|
Waktu lain
Amat besar
Amat mahal
Pertama kali
|
Lain waktu
Besar amat
Mahal amat
Kali pertama
|
Dalam
kalimat ragam formal, kita sering membuat kata-kata yang maknanya di
gunakan sudah melebihi makna, contohnya :
Frasa baku
|
Frasa
non-baku
|
Sangat pedih
Paling kaya
|
Amat sangat pedih
Paling terkaya
|
H.
Makna Bersinonim
Kata bersinonim
adalah kata yang bentuknya
berbeda namun pada dasarnya memiliki makna yang hampir mirip atau serupa.
Dalam penggunaan kata bersinonim harus memilih kata
yang tepat dalam kalimat ragam formal. Karena meskipun bersinonim pada dasarnya
memiliki perbedaan dalam konteks penggunaannya.
Contoh kata bersinonim :
Cerdas =
cerdik, hebat, pintar
Besar =
agung,raya
Mati =
wafat, mangkat, meninggal
Ilmu =
pengetahuan
Penelitian = penyelidikan
1. Contoh :
membedakan nuansa-nuansa makna dari
gagasan yang disampaikan dan menemukan kata yang sesuai dengan konteks
pemakaiannya.
Kata pahit bersinonim dengan kata getir. Ketika
ingin menggunakan kedua kata tersebut kita harus memperhitungkan konteksnya
kata pahit dan getir berterima pada konstruksi pengalaman yang
pahit dan pengalaman yang getir, tetapi tidak berterima pada
konstruksi obat itu getir.
2. Contoh :
kesesuaian pilihan kata yang cocok dengan konteks, seperti situasi pemakaian,
sasaran penulis, dan lain-lain.
Kata Kamu, Anda, dan Saudara, merupakan
kata-kata yang bersinonim, yaitu kata yang digunakan untuk menyebut lawan
bicara, tetapi bukanlah sinonim mutlak. Nilai-nilai sosial menjadikan ketiga
kata itu memiliki nuansa yang berbeda.
Seperti :
·
Saya sama besar dengan kamu
·
Saya sama besar dengan anda
·
Saya sama besar dengan saudara
Sinonim ini dipergunakan untuk mengalihkan pemakaian kata pada tempat
tertentu sehingga kalimat itu tidak membosankan.
a.
Sinonim mutlak :
Kata-kata yang dapat bertukar tempat dalam konteks kebahasaan apa pun tanpa
mengubahmakna struktural dan makna leksikal dalam rangkaian kata atau frasa
atau klausa atau kalimat.
Contoh Sinonim mutlak :
kosmetik = alat kecantikan
laris = laku, larap
leksikografi = perkamusan
kucing = meong
b. Sinonim semirip :
Kata-kata yang dapat bertukar tempat dalam konteks kebahasaan tertentu
tanpa mengubah makna struktural dan leksikal dalam rangkaian kata atau frasa
atau klausa atau kalimat tersebut saja.
Contoh Sinonim semirip :
melatis = menerobos
lahiriah = jasmaniah
c. Sinonim selingkung :
Kata-kata yang dapat saling mengganti dalam satu konteks kebahasaan
tertentu saja secara struktural dan leksikal.
Contoh Sinonim selingkung :
lemah = lemas
binatang = fauna
bohong = dusta
haus = dahaga
pakaian = baju
bertemu = berjumpa
Cerdas = cerdik
Agung = besar = raya
I.
Penggunaan
Kata Secara Tepat
Dalam kalimat ragam formal, kita perlu menggunakan kata-kata secara tepat
dalam hal penggunaan kata depan.
Seperti :
o Kata (di)
seharusnya digunakan( pada), contoh :
Penggunaan kata secara tepat
|
Penggunaan kata yang tidak tepat
|
Pada siang hari
Pada pagi hari
Pada kita
|
Di siang hari
Di pagi hari
Di kita
|
o
Kata (ke) yang seharusnya digunakan (kepada), contoh :
Penggunaan
kata yang tepat
|
Penggunaan
kata yang tidak tepat
|
Kepada kami
Kepada kita
Kepada ibu
|
Ke kami
Ke kita
Ke ibu
|
Dalam penggunaan kata depan dan kata penghubung harus
digunakan secara tepat, yang sesuai dengan jenis keterangan dalam jenis kalimat
:
1) Untuk
keterangan tempat digunakan kata di, ke, dari, di dalam, dan pada.
2) Untuk
keterangan waktu digunakan kata pada, dalam, setelah, sebelum, sesudah, selama,
dan sepanjang.
3) Untuk
keterangan alat digunakan kata dengan.
4) Untuk
keterangan tujuan digunakan kata agar, supaya, untuk, bagi, dan demi.
5) Untuk
keterangan cara digunakan kata dengan, secara, dengan cara, dan dengan jalan.
6) Untuk keterangan
penyerta digunakan kata dengan, bersama, dan beserta.
7) Untuk
keterangan perbandinganatau kemiripan digunakan kata seperti, bagaikan, dan laksana.
8) Untuk
keterangan sebab digunakan kata karena, dan sebab.
J. Kesalahan pembentukan kata
Ada dua cara pembentukan kata, yaitu dari dalam dan
dari luar bahasa Indonesia. Dari dalam bahasa Indonesia terbentuk kosakata baru
dengan dasar kata yang sudah ada, sedangkan dari luar terbentuk kata baru
melalui unsur serapan.
1)
Kesalahan Pembentukan dan Pemilihan Kata, pada bagian
berikut akan diperlihatkan kesalahan pembentukan kata, yang sering kita
temukan, baik dalam bahasa lisan maupun bahasa tulis.
2)
Penanggalan awalan meng-
3)
Penanggalan awalan ber-
4)
Peluluhan bunyi /c/
5)
Penyengauan kata dasar
6)
Bunyi /s/, /k/, /p/, dan /t/ yang tidak luluh
7)
Awalan ke- yang kelirupemakaian akhiran –ir
8)
Padanan yang tidak serasi
9)
Pemakaian kata depan di, ke, dari, bagi, pada,,
daripada dan terhadap
10)
Penggunaan kesimpulan, keputusan, penalaran, dan
pemukiman
K. Ungkapan Idiomatik
Ungkapan idiomatik adalah konstruksi yang pas pada
suatu bahasa yang salah unsurnya tidak dapat dihilangkan atau diganti. Ungkapan
idiomatik adalah kata-kata yang mempunyai sifat idionim yang tidak terkena
kaidah ekonomi bahasa. Ungkapan yang bersifat idiomatik trdiri atas dua atau
tiga kata yang tidak memperkuat diksi di dalam tulisan. Beberapa contoh
pemakaian ungkapan idiomatik adalah sebagai berikut:
Menteri
Dalam Negeri bertemu Presiden Gus Dur
(salah)
Menteri
Dalam Negeri bertemu dengan Presiden Gus Dur (benar)
Di samping itu, ada beberapa kata yang berbentuk
seperti itu:
1. Sehubungan
dengan
2. Berhubungan
dengan
3. Sesuai
dengan
4. Bertepatan
dengan
5. Sejalan
dengan
Ungkapan idiomatik lain yang perlu diperhatikan ialah:
Salah
|
Benar
|
Terdiri
Terjadi atas
Disebabkan karena
|
Tediri atas / dari
Terjadi dari
Disebabkan oleh
|
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kreativitas
dalam memilih kata merupakan kunci utama pengarang dalam menulis gagasan atau
ungkapan. Penguasaan dalam pengolahan kata juga merupakan kunci utama dalam
menghasilkan tulisan yang indah, dapat dibaca serta ide yang ingin disampaikan
penulis dapat dipahami dengan baik.
Kata
yang tepat akan membantu seseorang mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin
disampaikannya baik secara lisan maupun dengan tulisan. Pemilihan kata juga
harus sesuai dengan situasi kondisi dan tempat penggunaan kata-kata itu.
Pembentukan kata atau istilah adalah kata yang mengungkapkan makna konsep,
proses, keadaan atau sifat yang khas dalam bidang tertentu.
Berdasarkan
kesimpulan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa diksi mempunyai persamaan
yaitu sama-sama penulis ingin menyampaikan sesuatu di hasil karya tulisannya
dengan maksud agar pembaca dapat memahami maksud dan tujuan penulis.
B.
Saran
Penulis mendapatkan pengalaman yang sangat
berharga dalam pembuatan makalah ini mengenai pengetahuan diksi (pilihan kata).
Penulis menyarankan kepada semua pembaca untuk mempelajari pengolahan kata dalam
membuat kalimat. Dengan mempelajari diksi diharapkan mahasiswa dan
mahasiswi memiliki ketetapan dalam menyampaikan dan menyusun suatu gagasan agar
yang disampaikan mudah dipahami dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zaenal. 2000. Cermat Berbahasa Indonesi.
Jakarta: Akademi Pressindo
Heryati, Yeti, Cecep Wahyu, Enung K. Rukianti, Heri
Jauhari. 2013. Bahasa Indonesia. Bandung: Rineka Cipta
Keraf, Gorys. 1985. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta:
Gramedia
Suhertuti, dkk. 2011. Bahasa Indonesia. Jakarta: Irham
Publishing
Yandianto. 2001.
Kamus Umum Bahasa Indonesia. Bandung: Balai Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar